Jumat, 11 Desember 2015

sehat




“ SEHAT “
Selasa, 24 November 2015

Sehat adalah keadaan dimana bagian pada tubuh melakukan kinerjanya secara normal, tanpa rasa susah sesuai fungsi masing-masing. Dengan tubuh sehat seseorang akan dengan nyaman ketika duduk, nyaman dan nyenyak saat tidur. Dengan tubuh sehat seseorang akan bangun tidur dengan bugar, sekalipun bagi kaum2 santri yang harus didatangi air saat harus bangun, tapi tubuh ketika sudah bangun pun terasa bugar. Kesehatan adalah nikmat dunia yang sangat banyak manfaatnya. Dengan tubuh yang sehat, seseorang akan ringan beraktifitas. Pepatah mengatakan, kesehatan memang bukan segalanya, tapi tanpa kesehatan segalanya bukanlah apa-apa.
Dalam bahasa arab, kata sehat terambil dari kata ash-Shihah, yang berarti terbebas dari penyakit, keadaan baik. Kata ash-shihah memang tidak dtemukan dalam al-Qur’an,akan tetapi dalam hadis, kata ini sering digunakan oleh Rasulullah. Salah satu hadis beliau adalah,
نعمتان مغبون فيهما كثير من الناس الصحة والفراغ  { رواه البخا رى }
Banyak manusia merugi karena dua nikmat, kesehatan dan waktu luang ( HR. Bukhori )
Demikian juga kata al-‘Afiyat, yang sering disambungkan dengan kata ash-Shihah, al-‘Afiyat pun tidak akan ditemukan dalam al-Qur’an, akan tetapi, bukan berarti tak ada tuntunan dalam al-Qur’an tentang pentingnya kesehatan tubuh.  Jika kita merujuk pada rumusan yang diberikan para ahli tentang kesehatan, akan kita temui term dalam al-Qur’an mengenai kesehatan. Dalam UU tentang kesehatan, no. 23 tahun 1992, pasal 1, mendefinisikan kesehatan dengan keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Salah satu ayat al-Qur’an adalah yang berbicara tentang obat, yang sangat berkaitan erat dengan kesehatan.termaktub dalam al-Qur'an surat yunus : 57

 Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.

            Dan madu adalah merupakan obat bagi fisik yang tersebut dalam al-Qur’an, tersebut dalam surat an-Nahl: 69 yang artinya  :
 
kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.


Seseorang harus hidup sehat, karena produktivitas dan kualitas hidup seseorang juga ditentukan oleh kesehatanya. Dan yang pasti, kesehatan disini meliputi kesehatan jasmani dan rohani. Dahulu kita kenal istilah akal yang sehat terdapat pada tubuh yang sehat,  akan tetapi belakangan ilmu kedokteran menemukan bahwa, tubuh yang sehat terdapat pada akal yang sehat. Pengaruh kekuatan ruhani dan optimisme dalam diri adalah faktor penting dalam kesehatan tubuh. Tentang menjaga kesehatan tubuh, dalam  al-Qur’an dijelaskan beberapa tuntunan, antara lain :
·         Mengkonsumsi makan yang bergizi
·         Tidak mengkonsumsi makanan dan minuman yang berbahaya
·         Tidak makan dan minum yang berlabihan/isrof
·         Istirahat yang cukup,karena alloh menciptakan siang dan malam salah satunya adalah agar manusia dapat memanfaatkan waktu denan tepat. Siang untuk bekerja, mengais rezeki dan sebagian malam untuk istirahat dengan tenang.
Demikian kultum yang dapat disampaikan, kiranya masih banyak kekurangan dari yang penulis paparkan.   

Selasa, 20 Oktober 2015

Etika dan Keutamaan Membaca al-Qur'an



BAB I
PENDAHULUAN
Al-Quran secara harfiah berarti “bacaan yang mencapai puncak kesempurnaan”. Al-Quran Al-Karim berarti bacaan yang maha sempurna dan maha mulia. Kemahamuliaan dan kemahasempurnaan “Bacaan” ini agaknya tidak hanya dapat dipahami oleh pakar, tetapi juga oleh semua orang yang menggunakan sedikit pikiranya.[1]
Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam yang denganya oleh umat islam dijadikan pedoman hidup. Di dalamnya terkandung banyak pelajaran. Mulai dari urusan tauhid hingga urusan sosial budaya. Dalam kehidupan sehari hari manusia khususnya umat muslim tidak lepas dari nilai nilai sosial budaya yang ada. Sehingga dalam bersikap,mereka harus bertutur kata yang sopan dan berperilaku yang santun. Terlebih lagi kepada mereka yang mempelajari dan mengajarkan Al-Qur’an. Apapun yang terlihat dari dirinya adalah gambaran sejauh mana implementasinya dalam belajar dan mengajarkan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari hari.
            Di Era sekarang ini, banyak pondok pesantren yang menggembor-nggemborkan[2] program menghafal Al-Qur’an dalam tempo waktu yang relative singkat. Sehingga santri atau siswa tak jarang hanya fokus pada proses penghafalan dan kurang memperhatikan adab serta sopan santun dalam proses pembelajaran Al-Qur’an termasuk dalam hal ini adalah menghafal Al qur’an.  Terkait  tema yang kami angkat, timbul pertanyaan,
1.      Apa saja etika-etika dalam membaca Al-Qur’an?
2.      Apa fadhilah atau keutamaan membaca Al-Qur’an?
Dalam makalah yang kami susun ini,akan dijelaskan beberapa tentang adab dan fadhilah/keutamaan dalam belajar dan mengajarkan Al-Qur’an. 
           


BAB II
PEMBAHASAN
A.     Etika dalam Membaca Al-Qur’an
Dalam mempelajari Al-Qur’an termasuk disini adalah membaca Al-Qur’an diperlukan etika. Etika disini bertujuan untuk  menghormati kemuliaan Al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam. Beretika dalam mempelajari Al-Qur’an sangat mempengaruhi perkambangan  pribadi seseorang yang mempelajarinya. Karena pada hakikatnya manusia diperbudak dengan kebiasaan. Dalam makalah ini kami akan memaparkan beberapa etika dalam membaca Al-Qur’an menurut sebagian ulama.
Menurut Imam Nawawi dalam kitab karanganya at-Tibyan fi ‘uluumil Qur’an [3], etika dalam membaca Al-Qur’an adalah sebagai berikut:
1.      Membaca seolah-olah qori’ berhadapan dengan Allah, karena sesungguhnya meskipun Qori’  tidak melihat Allah, sesungguhnya Allah melihatnya. 
2.      Bersiwak; ketika seseorang akan membaca Al-Qur’an hendaknya ia membersihkan mulutnya dengan siwak dan semacamnya. 
3.      Dalam keadaan suci; ketika mulut sang Qori’ terdapat najis sebab darah atau yang lain, maka membaca Al-Qur’an hukumnya makruh baginya selama ia belum membersihkan darah tersebut atau mulutnya.
4.      Disunnahkan  memilih tempat yang bersih dan mulia,seperti masjid,mushola atau majlis ta’lim. Namun demikian masjid lebih utama,karena ia memiliki atau memenuhi kriteria bersih,mulia bahkan ada keutamaan lain yang tidak dimiliki oleh tempat yang lain,yaitu I’tikaf dan sholat sunah tahiyatul masjid. 
  
5.      Menghadap kiblat. Tentunya ketika bacaan tersebut dibaca diluar sholat. Selain itu membaca Al-Qur’an adalah sebuah kegiatan yang mulia,sehingga dengan menghadap ke kiblat ketika membaca Al-Qur’an akan menambah kesempurnaanya.


6.      Membaca Ta’awudz. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an,
فاذا قرأت القران فاستعذ با الله من الشيطان الجيمز                                 
Jadi, ketika hendak membaca Al-Qur’an seseorang dianjurkan untuk mengawali dengan membaca Ta’awudz.
 
7.      Sebaiknya membaca Basmalah pada setiap surat kecuali surat Baraaah.  Selayaknya menjaga basmallah disetiap awal surat kecuali surat at-Taubah. Mayoritas ulama berpendapat bahwa basmallah merupakan satu ayat khusus yang ditulis dimushaf dan ayat ini ditulis di semua awal surat kecuali surat at-Taubah.

8.      Khusyu’ dan mentadabburi ayat yang dibaca. Dalam membaca Al-Qur’an hendaknya kita membaca dengan khusyu’ dan berusaha mentadabburinya sehingga Al-Qur’an yang dibaca mempunyai pengaruh bagi pembacanya. 


Menurut Syekh Jalaludin Abdur Rahman as-Suyuti, dalam kitab karanganya al-Itqon fi ‘Ulum al-Qur’an [4], etika yang harus diperhatikan dalam membaca Al-Qur’an antara lain:
1.      Berwudhu. Wudhu merupakan syarat sah seseorang ketika hendak menyentuh atau membawa Al-Qur’an. Suci dari hadas besar dan hadas kecil. Juga bebas dari segala najis, karena yang heendak dibaca adlah kalam Allah bukan perkatan manusia.

2.      Memilih tempat yang bersih. Tidak seluruh tempat sesuai untuk membaca Al-Qur’an. Hendaknya memilih tempat yang bersih dan suci seperti masjid,mushola,rumah dan tempat-tempat yang pantas untuk membaca Al-Qur’an. Al-Qur’an merupakan kalam yang suci sehingga sangat relevan jika pembaca memilih tempat yang pantas untuk membacanya.

3.      Duduk dengan khusyu’ seraya menghadap kiblat. Pembaca Al-Qur’an disunahkan menghadap kiblat secara khusuk,tenang dan menundukkan kepala[5].

4.      Membaca ta’awudz. Disunahkan membaca ta’awusz terlebih dahulu sebelum membaca Al-Qur’an. Seperti yang tersebut dalam halaman tiga poin enam. Hanya membaca Al-Qur’an saja yang diperintahkan membaca ta’awudz,selain itu tidak perlu.

5.      Memperindah suara. Al-qur’an adalah hiasan bagi suara. Sehingga membaca Al-Qur’an dengan suara indah akan lebih mengena dihati. Rasulullah SAW. Bersabda :

زينوا القرأن باصواتكم
hiasilah Al-Qur’an dengan suaramu “(HR.Ibnu Hibban)



6.      Terdapat hadist yang menyunahkan membaca dengan suara keras, dan terdapat hadist lain yang memperbolehkan membaca pelan. Para ulama telah mengkompromikan kedua hadis tersebut. Perlahan lahan lebih baik bagi orang yang dikhawatirkan akan pamer atau bukan karena Allah,namun jika tidak dikhawatirkan hal tersebut,maka membaca dengan suara nyaring atau keras diperbolehkan.

7.      Lebih afdol membaca Al-Quran dengan melihat dari pada membaca dengan menghafal. Dengan melihat,hafalan kita akan menjadi lebih kuat secara otomatis,karena mata kita akan lebih sering melihat ayat-ayat Al-Qur’an.

8.      Hendaknya tidak  memotong bacaan Al-Quran dengan pembicaraan lain. Sebagaimana keterangan diatas bahwa Al-Qur’an adalah kalam Allah. Sehingga hendaknya tidak memotong bacaan Al-Qur’an dengan pembicaraan lain,apalagi sambil tertawa dan bersenda gurau.

9.      Tidak diperbolehkan membaca Al-Qur’an dengan Ajm

10.  Tidak diperbolehkan membaca Al-Qur’an dengan Syadz. Syadz atau tidaknya sebuah bacaan,ditentukan oleh tiga hal, sesuai dengan salah satu rasm mushaf usmani, memiliki riwayat yang mutawatir, berbahasa arab. Bacaan yang memenuhi ketiga syarat tersebut, merupakan bacaan yang bisa diterima. Adapun bacaan yang tidak memenuhi sebagian atau keseluruhan rukun ini maka ia dihukumi bacaan yang syadz dan tidak terima.  

11.  Membaca Al-Qur’an sesuai urutan mushaf. Membaca secara urut dan tidak melompat-lompat sesuai dengan urutan mushaf yang ada.

12.  Disunnahkan mendengarkan bacaan Al-Qur’an dan meninggalkan hal hal yang kurang bermanfaat ketika mendengarkanya.

13.  Disunnahkan sujud ketika mendengar ayat sajadah. Tentunya ini berkaitan dengan ruang dan waktu. Jika memungkinkan maka sunah untuk melakukan sujud,jika tidak memungkinkan maka tidak mengapa jika meninggalkanya.
14.  Membaca Al-Qur’an pada waktu-waktu tertentu sebagaimana pendapat imam nawawi, seperti dalam shalat, separuh malam akhir, waktu antara maghrib dan isya’, setelah shalat subuh.

15.  Disunnahkan membaca takbir setelah selesai membaca surat ad-Dhuha dan tiap tiap surat setelah ad-Dhuha hingga an-Nas. Sebagaimana tradisi dalam lingkungan kita.
16.  Disunnahkan melanjutkan dengan bacaan yang baru setelah selesai satu khataman.


B.      Keutamaan membaca Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah salah satu kitab dari sekian kitab para nabi yang bagi para pembacanya akan mendapatkan pahala meskipun tidak mengetahui maksud dan arti dari ayat yang dibaca. Meski demikian membaca Al-Qur’an juga dapat memberi kebaikan pada diri pembaca dan itu juga merupakan salah satu dari kemukjizatan Al-Qur’an. Beberapa keutamaan membaca Al-Qur’an menurut beberapa ulama.

Menurut imam Al Ghazali dalam kitabnya Ihya’ Ulumuddin[6] keutamaan dalam membaca Al-Qur’an antara lain adalah sebagai berikut :
1.      Melakukan paling afdholnya ibadah sebagaimana Hadist Rasul : afdolnya ibadah umatku adalah membaca Al-Quran
2.      Menjadi manusia terbaik sebagaimana Hadist Rasul : Sebaik-baik manusia adalah yang belajar Al-Quran dan mengajarkanya
        رواه البخاري                            خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ  

3.      Menjadi bagian dari keluarga Allah sebagaimana Hadist Rasul : Ahli Al-Qura’n adalah ahli Allah dan orang orang khususnya
4.      Membuat Qori’ lebih dekat kepada Allah. Dalam sebuah Atsar, ahmad bin hambali bercerita, “saya melihat Allah di dalam mimpi, dan saya berkata, perkara apa yang paling afdol untuk mendekatkan diri kepadamu? , Allah berkata : Dengan kalamku hai ahmad, aku berkata, hai tuhanku dengan kepahaman atau tanpa kepahaman? , Allah menjawab : Dengan faham atau tanpa kepahaman”.

Menurut imam Bukhori keutamaan dalam memebaca Al-Qur’an dalam kitrab Shohih Bukhori antara lain adalah sebagai berikut :
1.      Hadist rasul :
 عَن ابنِ عُمَرَ رَضي اللٌهُ عَنهاَ قَالَ:قَالَ رَسُولُ اللٌهِ صَلٌي اللٌهُ عَلَيهِ وَ سَلٌم لآحَسَدَ ألآ فيِ اثنَتَينِ رَجُلُ اتَاهُ اللٌهُ القُرانَ فَهُو يَقُومُ بِه انَأءَ اللًيلِ وَانَأءَ النَهَارِ وَرَجُلُ  اعطَاهُ مَالآ فَهُوَ يُنفق مِنهُ انَأءَ الٌلَيِل وَانَأءَ النٌهَار                                                  
((رواه البخارى ومسلم والترمذى والنسائى وأبن ماجه
 “jangan iri kecuali kepada dua orang, seseorang yang kepadanya Allah mengajarkan Al-Quran dan ia membacanya siang malam dan tetangganya yang mendengarkanya berkata, ‘seandainya diberikan kepadaku apa  yang diberikan pada si fulan, maka aku akan melakukan apa yang dilakukan si fulan; dan seseorang yang kepadanya Allah memberikan kekayaan dan ia membelanjakanya dengan adil dan benar, sehingga orang yang melihatnya berkata, ‘‘seandainya diberikan kepadaku apa  yang diberikan pada si fulan, maka aku akan melakukan apa yang dilakukan si fulan’[7]
2.      Menjadikan pembacanya yang mahir bersama malaikat pencatat yang mulia,dan menjadikan pembaca yang terbata-bata mendapat dua pahala. عَن عَائِشَةَ رَضي اللٌهُ عَنهاَ قَالَتُ:قَالَ رَسُولُ اللٌهِ صَلٌي اللٌهُ عَلَيهِ وَ سَلٌم الَماهر باِلقُرانِ مَعَ السَفَرَةَ    الكِرَامِ الَبَرَرَةِ وَاٌلَذِي يَقُراٌ القُرانَ وَيَتَتَعتَعُ فِيه وَهُوَ عَلَيهِ شَاقٌ لَه اَجَران(رواه البخارى ومسلم وابو داوود والترمذى)
Dari Aisyah r.h.a berkata bahwa Rasulullah saw.bersabda , “Orang yang ahli dalam al Qur’an akan berada bersama malaikat pencatat yang mulia lagi benar, dan orang terbata-bata membaca al Qur’an sedang ia bersusah payah (mempelajarinya), maka baginya pahala dua kali.” (Hr. bukhari, Nasa’I, Muslim, Abu Daud, Tarmidzi, dan ibnu Majah)


3.      Dalam sebuah hadis diceritakan.
        عَن اَبي مُوُسى رَضي اللٌهُ عَنهُ قَالَ:قَالَ رَسُولُ اللٌهِ صَلٌي اللٌهُ عَلَيهِ وَ سَلٌم مَثَلُ المُومِنِ اٌلَذِي يَقَراُ القُرانَ مَثَلُ الآترُجَةِ رِيحُهَا طيِبُ وَطَعمُهَا طَيِبُ وَمَثَلُ الموُمِنِ اٌلَذِي لآيَقرَاٌ القُرانَ كَمَثَلِ التَمرَة لآريَح لَهَا وَطَعمُهَا حُلوٌ وَمَثَلُ المُنَافِقِ اٌلَذِي يَقرَأ القُرانَ مَثَلُ الرَّيْحَانَةِ رِيْحُهَا طَيّبٌ وَطَعْمُهَا مُرُّ وَمَثَلُ المُنَافق اّلذِي لا يَقْرَأُ القُرْانَ كَمَثِلِ الحَنُظلَةِ لَيسَ لَهَا رِيحُ وطعمها مُرُّ. (رواه البخارى ومسلم والنسائي وابن ماجة)
Dari Abu Musa r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. Bersabda, “perumpamaan orang mu’min yang membaca al Qur’an adalah seperti jeruk manis yang baunya harum dan rasanya manis. Perumpamaan orang mu’min yang tidak membaca al Qur’an adalah seperti kurma, tidak berbau harum tetapi rasanya manis. Perumpamaan orang munafik yang membaca al Qur’an adalah seperti bunga, baunya harum tetapi rasanya pahit. Dan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca al Qur’an seumpama buah pare, tidak berbau harum dan rasanya pahit.” (Hr. Bukhari, Muslim, Nasai, dan Ibnu Majah)





BAB III
KESIMPULAN
Demikian adalah beberapa etika dan keutamaan dalam mempelajari dan membaca Al-Qur’an. Begitu tinggi kemuliaan Al-Qur’an hingga dari etika membacanya pun di atur. Semua itu semata mata hanya untuk memuliakan Al Qur’an sebagai kitab sekaligus pedoman hidup umat muslim bahkan umat manusia.
Membaca Al-Qur’an memanglah bukan sebuah kewajiban umat islam,namun bagaimana mungkin umat islam menjadikanya sebuah pedoman hidup jika mereka tidak melakukan perintah Allah SWT dan Rasul-Nya. Dengan hanya membacanya saja dapat memberikan manfaat dan keutamaan-keutamaan yang banyak kepada para pembacanya. Akan tetapi pembelajaran Al-Qur’an tidaklah cukup pada pembacaanya belaka,untuk dapat memahami dengan benar dan baik umat muslim haruslah lebih giat lagi dalam mengkaji dan memahami Al-Qur’an agar sempurna fungsi Al-Qur’an sebagai pedoman hidup manusia.
Demikian makalah ini kami buat. Tentunya masih banyak hal-hal yang perlu dikoreksi untuk kedepanya. Kritik dan saran pendukung sangat berharga bagi kami untuk pembalajaran di masa depan.










DAFTAR PUSTAKA
An-Nawawi, Abu Zakariya Yahya bin Syarf ad-Din, at-Tibyan fi Adaabi Hamalah al-Qur’an,  Damaskus: Dar al-Bayan, 1985
Aas-Suyuti,Jalaludin Abdur rahman, al-Itqon fi ‘Ulum al-Qur’an, Dar Nahr an-Nil
Al-Ghazali,Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad, ihya’ ‘Ulum ad-Din, Jeddah, Dar al-Minhaj, 2011
Zabadi, Majd ad-Din Alfayruz, Bashoir Dzawi at-Tamyiz  fi Lathooifi al-Kitaab al-‘Aziz, Kairo,Lajnah Ihya at-Turats al-Islami, 1996
Shihab,M. Quraish, lentera al-qur’an, Bandung: Mizan, 2008





[1] M. Quraish Shihab,lentera al-qur’an,(Bandung: Mizan, 2008), hal.  21
[2] Kata yang sering digunakan sebagai ungkapan semangat dan ambisi untuk mencapai tujuan tertentu.
[3] Abu Zakariya Yahya bin Syarf ad-Din an-Nawawi asy-Syafi’i , at-Tibyan fi Adaabi Hamalah al-Qur’an, ( Damaskus: Dar al-Bayan, 1985),  hal. 57
[4] Jalaludin Abdur rahman as-Suyuti, al-Itqon fi ‘Ulum al-Qur’an, (Dar Nahr an-Nyl tt), hal. 105

[5] As-Sayyid Muhammad Haqiqi An-Nazili,Khazinat al-asrar,Beirut: Dar al-fikr,tth.hlm.53
[6] Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad al-Ghazali, ihya’ ‘Ulum ad-Din, (Jeddah, Dar al-Minhaj, 2011), jilid 2, hal.  259
[7] Majdu ad-Din Alfayruz Zabadi, Bashoir Dzawi at-Tamyiz  fi Lathooifi al-Kitaab al-‘Aziz, (Kairo,Lajnah Ihya at-Turats al-Islami, 1996) , jilid 1, cet. III,  hal.  59